Tuesday, November 19, 2019

Hablum Minallah & Hablum Minannas

Hablum Minallah (Hubungan Vertikal ke atas dengan Allah) & Hablum Minannas (Hubungan Horizontal dengan sesama manusia).

Sepulang dari cuti malam itu seperti biasa saya ikut Travel Banjarmasin - Batulicin, disela sela berbincang - bincang dengan driver berceritalah dia tentang berbagai macam karakter pelanggannya, dan salah satu ceritanya ada yang menarik yaitu tentang sosok lelaki yang berpenampilan sangat islami, religius dengan khas seperti berjanggut, bercelana cingkrang dan dahi sedikit menghitam, dari situ kita merasa kagum di zaman ini masih ada orang yang bangga dan istiqomah dengan mengikuti sunnah Rasulullah.

Singkat cerita Penumpang dimaksud naik dari Batulicin Ba'da Zuhur atau sekitar pukul 14.00 wita dengan tujuan Banjarmasin, begitu masuk waktu sholat asar si Fulan tersebut minta ijin kepada Driver untuk singgah dimasjid untuk melakukan sholat Jama'ah dilanjutkan dengan wirid dan sholat sunnah lainnya, begitu seterusnya setiap masuk sholat Magrib dan Sholat Isya, Alhasil perjalanan dari Batulicin - Banjarmasin yang seharusnya ditempuh dalam waktu 5- 6 jam harus ditempuh selama 8 jam. Alhasil semua penumpang yang lain mengeluh, menggerutu dan dongkol karena banyak urusan yang perlu segera diselesaikan begitu sampai di  Kota Tujuan.

Menurut saya Pribadi, ini bentuk dangkalnya pemahaman kita tentang Islam. Kita menganggap bahwa sunnah rasulullah itu hanya soal penampilan fisik, kita lupa bahwa mengikuti perilaku dan sifat Nabi Muhammad SAW adalah bentuk ketaatan kita dalam beragama.

Kita semua tahu bagaimana mulianya Ahlak Rasulullah terhadap sesama manusia, beliau di utus oleh Tuhan untuk menyempurnakan akhlak, Pribadi Rasulullah sudah  sangat sempurna untuk ukuran Manusia sehingga semua sikap dan perilaku kita berkiblat pada akhlak Beliau.

Lalu bagaimana Akhlak Rasulullah SAW,

Nabi selalu mengajarkan bahwa sebesar apa pun amal ibdah kita kepada Allah (Vertikal) namun Hubungan kita dengan manusia tidak baik (Horizontal) maka seluruh ibadah kita menjadi sia - sia. 

Sabda Rasulullah

“Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, ada seorang wanita yg rajin shalat malam dan shiyam sunnah, tetapi tetangganya tersiksa karena lisannya.” maka belau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Dia tidak memiliki kebaikkan sama sekali. Dia akan masuk neraka.”

عَنْ اَبِىْ مُوْسَى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ اَفْضَلُ ؟ 

Suatu ketika, sahabat Abu Musa RA berkata kepada Baginda Nabi Muhammad SAW “Ya Rasulullah, orang muslim seperti apa yang paling utama?” 

"قال "مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ"   

Nabi bersabda “Muslim yang paling utama adalah seorang muslim dimana orang-orang muslim (lainnya) selamat dari keburukan mulut dan tangannya”. 

Maksudnya, setiap muslim yang paling utama adalah seorang muslim yang tidak merugikan orang lain, baik melalui lisan atau tidakannya. Dengan adanya hadis ini, maka, mari kita bermawas diri, introspeksi diri, bagaimana kita bertetangga, bermasyarakat, sudah benar apa belum, sudah menciptakan manfaat apa justru hanya membuat masalah yang merugikan orang lain. Mari kita perbaiki hidup kita dengan cara membenahi cara kita berkumpul, sukur-syukur bisa memberi manfaat kepada orang lain. 

Nabi Muhammad SAW bersabda

 خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ 

"Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama"

Lebih baik lagi jika kita mampu menciptakan kebahagiaan orang lain, menjadi orang yang melegakan semua pihak. 

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ. 

Hadis riwayat Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda “sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain"

. رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. 

Dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah dijelaskan “Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain"

Bahkan seorang imam sholat pun bisa tidak mendapat ke ridhoan dari Allah jika makmumnya tidak senang terhadapnya seperti yang disabdakan Rasulullah “Terdapat 5 macam orang yang salatnya tidak berpahala, yaitu: Istri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendendam saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi makmumnya.”

Bahkan untuk menjaga agar islam itu tidak tampak memberatkan, sholat itu tidak menjadikan beban, nabi memerintahkan untuk memperingan sholat berjamaah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ مِنْهُمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَالْكَبِيرَ وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Jika salah seorang diantara kalian shalat mengimami orang banyak, maka hendaklah ia memperingan shalatnya, karena diantara mereka ada yang lemah, sakit, tua. Jika salah seorang diantara kalian shalat sendirian, maka hendaklah ia memanjangkannya sekehendak hati’.”

Begitu halusnya ajaran Rasulullah, sehingga pada kasus diatas seorang Penumpang Travel harus bisa menjaga Hak Penumpang lain tanpa mengurangi Hak Allah. Kewajiban kepada Allah hukumnya wajib dijalankan namun Hak Saudara Muslim juga tidak boleh di abaikan.

Bukankah agama sudah memberikan opsi - opsi yang sangat meringankan untuk seorang yang sedang melakukan perjalanan (musafir),  banyaknya pilihan yang diberikan Allah sebagai bentuk keringanan (ruqsoh) atas kasih sayang Allah terhadap hambanya, seperti qashar, jama', Tayamum, Sholat Sunnah di Kendaraan, dll

Surah An-Nisa ayat 101, “Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat”. (terj.Qs. An-Nisa:101) 

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, “Kami keluar bersama Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam pada perang Tabuk, saat itu beliau menjama’ shalat Dzuhur dan Ashar serta menjama’ anatara shalat Maghrib dan Isya”. (HR. Muslim). 

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat sunnah di atas hewan tunggangannya ke arah manapun Onta yang ditungganginya berjalan”. (HR. Muslim). 

Dengan demikian maka sebagai seorang muslim yang taat kita harus bijak, bukankah memenuhi Hak saudara kita itu hukumnya Wajib, sedangkan sholat berjamaah, sholat sunnah dan wirid apalagi pada kondisi yang demikian (Musafir) tidak wajib.

Kalau ada istilah Barter didalam Persoalan Ibadah, maka kita akan menjadi pedagang yang Rugi. Kita mengejar Pahala Sunnah tapi melalaikan Pahala Wajib.

Wallahua'lam,

Saturday, November 9, 2019

"Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Bid'ah, Haram, Neraka!!!!"


"Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Bid'ah, Haram, Neraka!!!!" 
Ngomong kok asal jeplak!!!!

Mbok kira acara maulid itu membaca mantra santet apa?? mantra sugeh apa??? kok mbok bid'ah bid'ahkan, Kok Mbok haram haramkan.

Hukum cinta kepada Nabi Muhammad itu apa??
Hukum ber solawat kepada Nabi Muhammad apa??
Hukum belajar tentang kehidupan Nabi apa??
Hukum orang membuat kajian dakwah apa??

Ketika orang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW,, yang mereka baca itu Maulid Diba, Maulid Habsy, Maulid Al Barjanji. Sampean tau gak makna dari bacaan kitab tersebut,, itu berisi cerita tentang kehidupan Nabi, sejarah Nabi yang di nukil dari hadist yang diriwayatkan oleh orang - orang salaf. itu kitab sejarah yang berisi tentang sejarah kenabian yang disusun dengan kalimat - kalimat sastra agar orang mudah mengingatnya.

Disitu diceritakan ketika Nabi Muhammad masih anak anak, di asuh oleh Halimah, kemudian Nabi di datangi Jibril,, dst..
Dari situ kita menjadi paham sejarah agama, kita jadi ingat dan hapal siapa nama bapaknya, nama ibunya, nama kakeknya, dll. Selanjutnya kita ada kajian yang mengingatkan untuk taqwa kepada Allah Swt, Menjalankan Sunnah Rasulullah, dsb.. 
Itu semua bukti kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW, ketika tidak setiap hari kita mampu belajar sejarah kehidupan Nabi, mosok yang belajar setahun sekali aja kamu Bid'ahkan. Trus kamu seneng kalau Umat Muhammad ini tidak tau sejarah Agamanya, tidak tau cerita Nabi Nya, trus lebih suka hadir di kajian ajeb - ajeb di pesta musik.
Allahumma Solli ala Muhammad

La kamu yang ngajinya cuma dari google dan youtube langsung memvonis orang Bid'ah, Haram, dsb..

Kalau kamu berpendapat semua perbuatan yang baru maka hukum nya Neraka..

Sampean ngerti sejarahnya Baitul Mal,, harta infak zakat sedekah dikumpulkan dalam satu tempat,, itu dilakukan di zaman Abu Bakar ra..

Sampean tau sholat terawih menjadi populer di laksanakan berjamaah di masjid selama bulan ramadhan, bahkan rakaat nya diperbanyak,, dilakukan di jaman Umar bin Khatab ra,,
Sampean tau ga kalau Al Qur'an di bukukan menjadi mushaf dengan disatukan menjadi satu ejaan dilakukan di jaman Usman bin Affan,,
Sampean tau ga kalau Al Qur'an di jaman nabi tidak ada titik nya, tidak ada tanda baca nya, tidak ada waqof nya,, tidak ada susunan surahnya,, trus kamu kok ngaji pakai Al Qur'an yang tidak sesuai di zaman Nabi. Kalo kamu konsisten jangan pegang mushab yang bid'ah itu.

Kamu kok Azan ga naik ke menara seperti Bilal bin Rabbah, kamu bayar zakat kok ga menggunakan Kurma atau Gandum seperti nabi Muhammad SAW.

Trus kamu mau bilang sahabat ra itu semua melakukan bid'ah dollalah, dan pastinya Finnar. Masya Allah Kaya Panitia Surga Neraka saja sampean.

Allahumma solli ala Muhammad..

Thursday, November 7, 2019

MAULID NABI MUHAMMAD SAW BID'AH???

MAULID NABI MUHAMMAD SAW BID'AH???

Saya tidak membahas Hukum Peringatan Maulid Nabi karena saya masih sangat awam ilmunya, dan itu tak akan ada selesainya dibahas dengan masing masing mengajukan hujjah dan dalil dalilnya. 
 
Namun apapun itu, Besok tanggal 9 November 2019 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1441 H merupakan hari bersejarah bagi seluruh umat muslim di dunia. Hari tersebut merupakan hari kelahiran manusia paling mulia dimuka bumi yaitu Muhammad Saw.

Terlepas dari perbedaan pendapat terkait hukum memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun kita sepakat bahwa Sejarah Nabi Muhammad SAW yang mencakup masa sebelum kelahiran, saat kelahiran, pasca kelahiran sebelum kenabian, Masa Kenabian dan seterusnya Wajib bagi Umat islam untuk mengetahui. Bagaimana kita bisa membangkitkan rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW jika kita tidak mengenal kehidupan Beliau.

Tahun kelahiran Nabi tidak lepas dari Kisah Pasukan Bergajah Abrahah, karena ditahun kelahiran Nabi tersebut terjadi peristiwa besar yang Allah abadikan dalam surat Al Fiil, Salah satu surat Favorit saya.

Kenapa Al Fiil jadi surat favorit saya & sering dibaca saat sholat fardhu.

Pertama karena surat nya sangat pendek dan itu aja yang mampu saya hapal, hehe
Kedua karena Ada sebuah riwayat yang sangat mahsyur, menceritakan bagaimana percakapan Raja Abrahah dari Palestina dengan Pemimpin Suku Quraisy Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad SAW).

Saat Raja Abrahah sudah memasuki kota Mekkah dengan pasukan bergajah nya, sudah banyak menyita harta benda penduduk Mekkah dan sudah bersiap siap untuk mehancurkan Ka'bah, Abrahah melakukan negosiasi dengan Abdul Muthalib.

Tapi apa kata Abdul Muthalib, jawaban Abdul Muthalib sangat di luar dugaan Abrahah. “Kembalikan 200 ekor unta milikku yang telah dirampas oleh pasukanmu,” ujar Abdul Muthalib.

Abrahah pun terheran, “Mengapa kau lebih mengkhawatirkan untamu, padahal kami datang ke sini untuk menghancurkan Ka’bah? Mengapa kau tidak mengkhawatirkan Ka’bah itu saja?” ujarnya.

Seorang pemimpin besar, terhormat, dikagumi, malah mementingkan unta nya daripada Ka'bah yang saat itu sebagai pusat / symbol Agama.

Apa jawab Kakek Nabi Muhammad SAW.

“Unta-unta yang kau rampas itu adalah miliku, sementara Ka’bah merupakan milik Allah. Maka, Allahlah yang akan melindunginya,” jawab Abdul Muthalib santuy..

Lalu Abdul Muthalib meminta kaum nya pergi ke gunung untuk menyaksikan apa yang akan terjadi, kita liat apa yang akan dilakukan Allah terhadap Abrahah..

Kejadian ini di abadikan dalam Al Quran surat Al Fiil.


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
"Bismillahirrohmanirrohiiim"

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ 
"Alamtaro kaifafa ala robbuka biash haabil fiiil"

أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ 
"Alam yaj'al kaidaHum fiitadhliiil"

وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ
"Wa arsala alaiHim toiron abaabiiil"

تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ 
"Tar miHim bihijaarotim mingsij'jiiil"

فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ 
"Faja'alahum ka'ashfim ma'kuuul"

  1. "Apakah kamu tidak memperhatikan bagai mana tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah"
  2. "Bukankah dia telah menjadikan tipu daya mereka [untuk menghancurkan ka'bah] itu sia-sia"
  3. "Dan dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong"
  4. "Yang melempari mereka dengan batu [berasal] dari tanah yang terbakar"
  5. "Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang di makan [ulat]"


Monday, October 14, 2019

Musyrik, Bid'ah

Kenapa mudah sekali lidah itu berucap sedikit - dikit Syirik, Sedikit - dikit Bid'ah.

Ketika ada orang pedalaman yang merasa ga percaya diri jika bepergian jauh tidak membawa keris, cincin, kalung dan lain sebagainya langsung di vonis Syirik. Tapi ketika ada orang perkotaan yang merasa ga percaya diri jika bepergian jauh tidak membawa ATM, kartu kredit atau Ponsel kok ga di vonis syirik juga.

Ketika habis sholat bersalam salaman, berdoa & baca wirid, di takzir Bid'ah.. Tapi kok yang mentakzir sendiri habis sholat buka Ponsel bahkan pasang status. Kan Pikiran nya sudah Rusak.

Islam itu Rahmatallilalamin, lembut, lunak & fleksible. Bukan sebaliknya yang kaku, menakutkan atau memberatkan. Karena ga semua hal harus persis seperti zaman kenabian, kalau semuanya harus sama ya sekalian aja kamu sedekah dengan kurma, zakat dengan gandum, adzan tanpa microphone dan lain sebagainya.

Kita sepakat bahwa segala perbuatan ibadah amaliah semuanya merdasarkan tuntunan Rasulullah SAW yang mendapat bimbingan dari Allah SWT, namun kita juga perlu tau bahwa dalam sejarah banyak hal - hal yang inisiatif dikerjakan oleh sahabat tetapi mendapat respon baik oleh Nabi, seperti lafadz adzan, dll.

Bahkan sekelas Sahabat Utama Umar Bin Khatab berani melakukan Sholat Terawih berjamaah secara terus menerus dalam bulan Ramadhan, bahkan dengan menambah bilangan rakaat menjadi 20 Rakaat, yang hal ini tidak lazim dilakukan Oleh Nabi Muhammad SAW, Bukankah Nabi lebih banyak sholat terawih sendiri di dalam Rumahnya. Trus apakah kita akan memvonis Umar Bin Khatab Ra adalah seorah ahli Bid'ah.

Umar bin khatab itu sahabat utama bahkan pembela terdepan Rasulullah, kecintaan beliau terhadap Allah dan Rasulnya tidak diragukan lagi, bahkan beliau termasuk golongan manusia yang dijamin masuk syurga, lah kita yang jangankan syurga, di alam kubur aja bisa selamat dari siksa kubur masih syukur kok suka membid'ahkan orang.

Jadi kategori bid'ah itu berlaku terhadap hal hal baru yang di ada adakan, yang tidak dicontohkan Rasulullah SAW yang bertentangan dengan dalil dalil yang lainnya. Jadi selama itu ibadah yang tidak pernah dilakukan Nabi namun tidak bertentangan dengan Alquran dan Al Hadist maka mayoritas ulama sepakat bahwa itu bukanlah Bid'ah yang mendapatkan ancaman Neraka seperti yang disampaikan oleh Rasulullah.

Wallaua'lam

Thursday, August 1, 2019

Orang yang memahami ilmu ma'rifat tidak perlu bersyariat???

Ilmu Ma'rifat tak lepas dengan Tasawuf yang telah lama dipraktekan oleh Kaum Sufi, apa itu Tasawuf pernah saya bahas didalam tulisan sebelumnya dengan judul TASAWUF 

Banyak sekali orang belajar mendalami ilmu ma'rifatullah malah akhirnya meninggalkan syariat karena merasa bahwa pengetahuannya sudah jauh di atas manusia awam sehingga dia merasa menapaki jalan yang paling benar, sejati, inti nya agama dan sebagainya.

Kalau saya istilahkan atau perumpamakan, maka pengetahuan tentang tauhid itu pendidikan dasar (SD), syariat itu merupakan pendidikan lanjutan (SMP), sedangkan Ma'rifat itu merupakan Pendidikan tingkat atas (SMA atau Perguruan Tinggi). Sehingga dengan demikian jika kita belum memantapkan diri pada pengetahuan dasar SD dan SMP namun langsung belajar tentang pendidikan Tinggi, apa yang terjadi???

Pilihannya 2 (dua), Kalau dia Tidak Gila (sudah banyak kasus) atau dia akan meninggalkan Syariat karena beranggapan bahwa syariat itu hanya pembungkus, sedangkan bungkus hanya hak nya orang awam, mereka yang merasa memahami ilmu ma'rifat sudah berada pada tingkatan yang tinggi akan menganggap syariat tidak berlaku lagi.

Ini Pemahaman yang keliru, bahkan sebagian ulama menganggap mereka sesat karena jika dia memahami dengan baik ilmu ma'rifat, kecintaanya pada Tuhan semakin dalam, maka syariatnya semakin luar biasa. Sebagaimana dicontohkan oleh manusia paling mulia dimuka bumi Muhammad SAW. Ketika sudah di jamin Allah bahwa akan masuk syurga maka ibadah nya semakin luar biasa melebihi manusia lainnya. Ketika suatu ketika nabi Muhammad SAW ditanya tentang lamanya sholat sampai kakinya bengkak padahal sudah di jamin Allah masuk syurga, maka kata nabi beliau ingin menjadi Hamba yang Pandai bersyukur (Abdan Syakuro).

Kata seorang ahli tasawuf yang mursal (Menyimpang), "ketika seorang laki laki berhubungan badan dengan perempuan yang bukan istrinya, jika dipandang secara syari'at maka dia berzina dan masuk Neraka, namun ketika kita pandang dengan pengetahuan ma'rifat maka kita tidak boleh buruk sangka, karena ketika dia paham ilmu ma'rifat maka itu perbuatan yang tidak dihukumi" dia pun melanjutkan dengan argumen bahwa Nabi Muhammad SAW pun ketika menikah dengan Khadijah secara syariat tidak dilakukan, karena pada masa itu siapa yang jadi penghulu nya jika nabi menikah secara syariat"

Ini pemikiran Sesat yang menjadi doktrin para ahli tasawuf yang mursal, kenapa saya katakan mursal, karena jalan tasawuf sesungguhnya tidak demikian, guru - guru besar tasawuf seperti Imam Al Ghazali, Rabi'ah Adawiyah, dll tidak mengajarkan demikian, ini merupakan penyimpangan dari jalan tasawuf yang sudah dijalani oleh ulama ulama sejak zaman dahulu.

Mari kita bedah satu - satu tentang kesesatan pemikiran mereka,

Salah satu persamaan dari para ahli tasawuf mursal adalah mereka tidak memahami betul dengan baik tentang syariat, seperti mereka mengatakan bahwa "siapa penghulu (Petugas Pernikahan) Nabi Muhammad SAW ketika menikah?" Bahkan mereka tidak mengetahui kalau penghulu itu bukan bagian dari Rukun Nikah ataupun Syarat Sah Pernikahan, Penghulu itu hanya petugas yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai pengawas dalam Pernikahan dan umumnya bertindak sekalian sebagai petugas pencatat pernikahan. 

Rukun Nikah :
  1. Pengantin Laki - Laki
  2. Pengantin Perempuan
  3. Wali Nikah
  4. Dua Orang Saksi
  5. Ijab Qobul
Bagaimana pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah Ra, kalau kita membaca sejarah pernikahan Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan tradisi Ibrahim karena mereka keturunan Para Nabi Mulia yang dipercaya untuk menjaga tempat mulia Ka'bah. Siapa Wali Khadijah saat Pernikahan?? yaitu pamannya bernama Amir Bin Asad, yang membacakan khutbah nikah adalah Waraqah Bin Naufal, Yang meminang Khadijah adalah paman Nabi Abu Thalib, maharnya 20 ekor unta menurut sebagian riwayat dan ada yang mengatakan 100 ekor, Jadi sangat sesat jika mengatakan Nabi Muhammad SAW melakukan pernikahan dengan cara - cara yang tidak benar.

Dan salah satu kesalahan kaum sufi mursal lainnya adalah menganggap bahwa islam didirikan oleh Nabi Muhammad SAW, padahal anggapan tersebut keliru seperti yang pernah saya tulis sebelumnya Nabi Muhammad Bukanlah Pendiri Agama Islam, mereka beranggapan bahwa syariat itu di ajarkan setelah masa kenabian, padahal Islam sudah ada sejak manusia di ciptakan dan terus menerus disampaikan kepada manusia melalui para Nabi Nabi nya yang mulia, dan ditutup oleh Nabi Akhir Zaman Muhammad Rasulullah. Syariat yang diwahyukan Allah melalui Nabinya terdahulu tidak semua di tolak oleh Nabi Muhammad dan Juga tidak semua di syariatkan di zaman Nabi Muhammad SAW. Seperti Puasa merupakan syariat atau amalan yang sudah dilakukan oleh Nabi - Nabi terdahulu yang tetap di syariatkan di zaman Nabi Muhammad, seperti Firman Allah dalam Alquran.

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah/2: 183)


Jadi jelaslah bahwa islam dan syariat nya bukan lah hal yang baru, melainkan sudah ada sejak zaman manusia di ciptakan pertama kali yakni Sejak Zaman Nabi Adam As. Sehingga ketika nabi telah melakukan syariat agama sejak masa sebelum kenabian sampai setelah zaman kenabian, bahkan dengan sangat begitu luar biasa dalam beribadah, maka fakta itu meruntuhkan teori jika sudah ma'rifatullah maka akan gugur kewajiban bersyariat.

Adakah di antara kita yang lebih paham, lebih mengenal, lebih tahu tentang hakekat Allah SWT selain Nabi Muhammad SAW.

Monday, July 15, 2019

Tasawuf

Bismillah,
Iqbal Hamdani 15 Juli 2019
Apa itu Tasawuf??
Ilmu tasawuf secara amaliyah (ahlak / perilaku) sudah dipraktekan sejak jaman Nabi Muhammad SAW namun secara keilmuwan baru ada setelah era khulafaturrasidin (Abu bakar, Umar, Usman & Ali).
Tasawuf berasal dari akar kata benda : “Shuff” yang berarti (pakaian) bulu domba. Kata kerjanya : “Tashawwafa” memakai bulu domba (sebagai pakaian), dan subjek/orang yang memakai bulu domba sebagai pakaian disebut “shufi”.
Bulu domba pada masa lalu adalah lawan dari sutera. Jika sutera adalah bahan pakaian yang mahal, maka bulu domba adalah pakaian orang faqir. Maksud dari memakai bulu domba sebagai pakaian adalah, bahwa orang-orang yang menempuh jalah tasawuf (shufi), tidak mementingkan penampilan diri di hadapan manusia, melainkan menomor satukan penampilan diri di hadapan Allah S.W.T.
Namun ilmu tasawuf yang mendalami terkait ilmu ma'rifat (pengenalan haqikat Allah) kini banyak yang sudah bergeser dari konsep awal oleh tokoh - tokoh tasawuf seperti Rabiatul Adawiyah, Imam Al Ghazali, dan ulama - ulama tasawuf lainnya.
Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa, yu’rifu, irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan, pengalaman, atau pengetahuan Ilah. Sedangkan secara bahasa ma’rifat berarti pengetahuan rahasia hakekat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmu yang didapat oleh orang-orang pada umumnya. Ma’rifat dalam istilah tasawuf berarti pengetahuan yang sangat jelas dan pasti tentang tuhan yang diperoleh dari sanubari.
Dalam istilah sufi, ma’rifat dapat diartikan cahaya yang disorot pada hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. Inilah pengetahuan hakiki yang datang melalui kasyf (menyingkap), musyahadah (penyaksian), dan dauq (cita rasa). Pengetahuan ini berasal dari Allah.
Al-Ghazali menerangkan, bahwa ma’rifat menurut pengrtian bahasa adalah ilmu pengetahuan yang tidak bercampur dengan keraguan. Inti tasawuf Ghazali adalah jalan munuju Allah. Sarana ma’rifat seorang sufi adalah qalbu, bukan perasaan dan tidak pula akal budi. Konsepsi ini,qalbu bukan diartikan sebagai wujud yang sebenarnya akna tetapi qalbu adalah bagaikan cermin, sememtara ilmu adalah pantulan gambaran realitas yang termuat didalamnya.
Lebih terperinci, Al Ghazali mengemukakan pengertian lebih jelas, yaitu Ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Allah dan aturan-aturan-Nya yang melingkupan seluruh yang ada. Seorang yang telah sampai pada ma’rifat berada dekat dengan Allah, bahkan ia dapat memandang wajahnya. Ma’rifat datang sebelum mahabah.
Namun banyak orang awam belajar ma'rifat akhirnya malah meninggalkan syaria'at Agama yang sudah di contohkan sendiri oleh kekasih Allah Muhammad SAW.
Mereka Lupa bahwa Sumber Ilmu adalah Muhammad SAW, Bahkan terciptanya Alam Semesta karena kemuliaan Muhammad SAW, Mereka juga telah lupa bahwa dia tau siapa itu “ALLAH” dari lisan Muhammad, Dia jadi tahu bahwa sifat Allah itu Maha Melihat Maha Mendengar juga dari Muhammad SAW, jadi sesungguhnya semua Sumber Ilmu Ma’rifat, guru dari para guru tak lain tak bukan adalah Nabi Besar Muhammad SAW.
Pengetahuan itu telah Nabi sampaikan kepada Sahabat, dari sahabat disampaikan kepada Tabi’in, dari Tabi’in disampaikan kepada Tabi’in – Tabi’in sampailah kepada Kita.
Bahkan Muhammad SAW yang pernah mehadap Allah dan diperlihatkan Syurga Neraka saja masih melakukan Syariaat agama, kok kita yang makomnya saja jauh dibawah imam Al Ghozali (imamnya ilmu ma’rifat) sudah ingin meninggalkan syariat.
Padahal Nabu Muhammad lah Panutan kita karena kata ALLAH “Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. (An-Nisaa/4 : 80).
Lalu Bagaimana mentaati Rasul itu?? 
Yaitu dengan meniru apa yang dilakukannya.

Orang awam yang belajar Ma’rifat biasanya mengatakan 
“Ilmu itu tidak perlu berguru, karena yang tau baik dan buruk itu adalah qolbu, karena tidak ada jaminan guru itu akan selamat di akherat”

"Guruku adalah diriku sendiri, karena aku tau mana yang baik, dan mana yang buruk"

Betulkah demikian??? Apakah kita bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk tanpa petunjuk Allah SWT??

Apa itu definisi dari baik, jika di maknai secara bebas baik adalah yg berhubungan dengan luhur, bermartabat, menyenangkan, disukai manusia, terpusat pada hal - hal yang membahagiakan. Sedangkan definisi buruk adalah kebalikan dari itu semua, sesuatu yang membuat derita manusia.

Jadi baik dan buruk itu relatif, seperti rasa enak dan gak enak, penilaian baik dan buruk itu tergantung kemampuan akal, zaman, situasi, lingkungan dan berbagai hal.
Contoh, menculik seorang pengantin perempuan itu baik atau buruk??? 
Di Negara Afrika dan Checnya ada beberapa suku yang memiliki adat menculik pengantin wanita, bahkan sebagian ada yang diperkosa. Jika berhasil itu sebuah kebanggan bagi laki laki.. Itu di anggap perbuatan baik..

Mengubur bayi perempuan hidup hidup, baik atau buruk?? Kaum jahiliyah di mekkah zaman dulu me anggap ini perbuatan baik.
Makan dengan me naikan lutut sebelah, di sebagian suku di indonesia ini hal yang baik - baik saja, tetapi di jawa tengah ini menjadi buruk.
Berkentut (buang angin) setelah makan, di cina di anggap sesuatu yang baik karena ini membuang penyakit tetapi di indonesia ini dianggap hal buruk..
Jadi jelas bahwa baik dan buruk jika dinilai dengan akal, maka akan menjadi relatif tergantung waktu, kondisi, zaman, dsb. Sehingga untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk kita harus mengetahui berdasarkan petunjuk (kalau tentang keduniaan mungkin bisa kita sebut buku panduan) tentang baik dan buruk,, Kalau di agaman apa itu buku panduannya atau petunjuknya.. yaitu Alquran dan Hadist.. Dari situlah kita menjadi tahu mana yang disebut Baik dan mana yang disebut Buruk.
Dan Darimana kita bisa mengerti Alquran dan Hadist sedangkan jarak kita dengan Nabi Muhammad 1400 Tahun, dari guru yang bersambung (sanad) sampai kepada nabi Muhammad SAW.
Dari Alquran & Alhadist itulah kita jadi mengetahui, kalau membunuh itu perbuatan buruk, menculik wanita dan memperkosa wanita itu perbuatan buruk, makan sambil mengangkat lutut itu tidak apa apa, dll.

Lalu perlukah kita berguru, Adakah jaminan kalau guru sendiri adalah orang yang selamat.

Tidak ada yg bisa menjamin keselamatan siapapun, karena Nabi Muhammad pun tidak dapat menjamin. Syurga, Neraka. Selamat, tidak Selamat itu Rahmat Allah hak Prerogratif Allah, Cuma melaui ketaatan itu usaha kita agar turunnya Rahmat.
"Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya. Seorang lelaki bertanya: Engkau pun tidak, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. menjawab: Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku akan tetapi tetaplah kalian berusaha berbuat dan berkata yang benar" (Hadits Shohih Bukhori Jilid 8, nomor 470)
Lalu Perlukah kita berguru???
Perlu, karena fungsi berguru adalah untuk memastikan, bahwa ilmu yg kita terima, sama persis dengan apa yang Nabi ajarkan,, ucapan lisan guru sama dengan ucapan lisan nabi muhammad.. kalau istilahnya dalam agama yaitu "sanad"
Tidak usah terlalu jauh membahas ilmu ma’rifat, kita bahas kalimat “Taat Kepada Allah”
Tidak perlu kita bahas “Allah” kita bahas kata “TAAT”, darimana kita bisa tahu kata “TAAT”, Taat itu bukan bahasa Indonesia, atau bahasa suku orang Indonesia, “TAAT” itu bahasa arab yang artinya tunduk, patuh, ngawulo, penghambaan, darimana kita tahu orang menyebut “TAAT” padahal jaraknya 7 jam dari Indonesia, dan jaman dulu belum ada Telpon, belum ada Facebook. Orang tua kita sudah Tau kata “TAAT”. Karena orang jaman dulu belajar kata "Taat" dari gurunya, dan dari gurunya guru yang yang pernah belajar ke Negri Arab, Orang arab dari Gurunya dan gurunya, sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Dari Kata Taat saja kita sudah bersanad, apa lagi belajar Ilmu yang lebih jauh.


Wallahua'lam

Saturday, July 6, 2019

Viral Pernikahan Sedarah di Bulukumba

Saat ini sedang Viral Kasus Pernikahan Sedarah, seorang laki - laki di bulukumba telah menikahi saudara kandungnya. 

Bagaimana hukumnya dalam Islam??
Semua ulama sepakat keharamannya seperti yang telah disebutkan di dalam Al Quran:
 
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاَتُكُمْ وَبَنَاتُ اْلأَخِ وَبَنَاتُ اْلأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاَّتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاَّتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاَّتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلاَئِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلاَبِكُمْ

Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan seper susuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua permpuan bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 23)

Friday, July 5, 2019

Wanita Masuk Masjid Membawa Anjing

Saat ini sedang Viral video pendek berisi seorang wanita yang marah - marah didalam Masjid mencari suaminya dengan membawa Anjing.

Lalu Bagaimana Hukum Kenajisan Anjing.

Pendapat Pertama

Secara garis besar, ada dua mazhab mengenai status anjing: apakah kotor/najis atau tidak. Mazhab pertama adalah mazhab-anjing-najis. Inilah pandangan yang diikuti oleh mazhab Syafii dan Hanbali. Mazhab Syafii, kita tahu, banyak dianut di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Inilah yang antara lain, menjelaskan kenapa ada semacam fobia anjing (canine phobia) di masyarakat Muslim Indonesia. Madzhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat seluruh tubuh anjing adalah najis, baik bulu, keringat, ataupun air liurnya. Sehingga kalau ada anjing menjilat sebuah benda atau kulit kita, maka wajib dibasuh sebanyak tujuh kali dan salah satu basuhan wajib pakai tanah. ini sesuai dalil hadis nabi yang diriwayatkan imam muslim dalam sahih muslim yang berbunyi.

"Dari Abu Hurairoh –radiyallahu ‘anhu- berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda “Sucinya wadah salah seorang di antara kalian apabila anjing menjilat di dalamnya adalah dengan mencucinya tujuh kali, yang pertama kalinya dengan debu" [Shahih riwayat Muslim]

Dalam riwayat lain, “maka hendaknya ia menumpahkannya (terlebih dahulu)”, oleh At Tirmidzi "terakhirnya, atau yang pertamanya dengan debu”
Dalam kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah Al Bassam hafizhohullah dijelaskan Faedah Hadits diatas adalah :
  1. Anjing itu najis, demikian juga anggota tubuh dan kotorannya, seluruhnya najis.
  2. Najisnya adalah najis yang paling berat.
  3. Tidak cukup untuk menghilangkan najisnya dan bersuci darinya kecuali dengan tujuh kali cucian.
  4. Jika anjing menjilat ke dalam wadah, maka tidak cukup membersihkan jilatannya dengan dibersihkan saja, tetapi mesti dengan menumpahkan isi di dalamnya kemudian mencuci wadah tersebut sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan debu.
  5. Wajibnya menggunakan debu sekali dari tujuh kali cucian, dan yang lebih utama pada cucian pertama sehingga air digunakan untuk cucian selanjutnya.
  6. Penggunaan debu tidak boleh digantikan dengan pembersih lainnya karena:
  • Dengan debu dihasilkan kebersihan yang tidak diperoleh jika menggunakan bahan pembersih lain.
  • Tampak dari kajian ilmiah bahwa debu memiliki kekhususan dalam membersihkan najis ini, tidak seperti pada bahan pembersih lainnya. Ini merupakan salah satu mukjizat ilmiah pada syariat Muhammad ini yang beliau tidak berbicara dari hawa nafsunya, melainkan berdasarkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.
  • Sesungguhnya debu adalah kata yang tercantum di dalam hadits, wajib kita mengikuti nash. Seandainya ada benda lain yang boleh menggantikannya maka tentu telah datang nash yang menjelaskannya. “Dan tidaklah Rabb-mu lupa” (al ayah). 
  1. Menggunakan debu boleh dengan mencampurkan air dengan debu atau mencampurkan debu dengan air atau dengan mengambil debu yang telah bercampur dengan air, lalu tempat yang terkena najis dicuci dengannya. Adapun dengan mengusap tempat najis dengan debu saja, maka tidak sah.
  2. Telah tetap secara medis dan terungkap melalu alat mikroskop dan alat modern lainnya bahwa di dalam air liur anjing terdapat mikroba dan penyakit yang mematikan dan air saja tak dapat menghilangkannya kecuali disertai dengan debu. Tidak ada cara lain. Maha suci Allah Yang Maha Mengetahui lagi Memberi tahu.
  3. Makna lahiriyah hadits ini adalah umum untuk seluruh jenis anjing, dan ini adalah pendapat jumhur ulama. Akan tetapi sebagian ulama mengatakan, “anjing untuk berburu, menjaga kebun, anjing peliharaan adalah anjing-anjing yang dikecualikan dari keumuman ini. Hal ini berdasarkan pada kaidah toleransinya syariat dan kemudahannya. “Kesulitan dapat menarik kemudahan”. 
Imam Syafi’i dan Ahmad serta pengikut-pengikut mereka dan kebanyakan madzhab azh zhohiriyah, Ishaq, Abu Ubaidah, Abu Tsaur, Ibnu Jarir, dan yang lainnya mensyaratkan penggunaan debu. Jika najis anjing dicuci tanpa debu maka tidak suci. Hal ini berdasarkan nash yang shahih. Adapun celaan idhtirob pada periwayatannya ini tertolak. Dihukumi gugurnya suatu periwayatan karena idhtirob hanyalah jika idhtirobnya pada seluruh sisi, adapun jika sebagian sisi hadits unggul atas sebagian yang lain –sebagaimana dalam kasus ini- maka yang dijadikan hukum adalah riwayat yang rajih, sebagaimana yang ditetapkan di dalam ilmu ushul fiqh. Dan di sini, yang rajih adalah riwayat Muslim, yaitu penggunaan debu pada cucian yang pertama.

Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa najisnya adalah umum untuk seluruh badannya, dan mencuci dengan cara seperti ini juga berlaku secara umum. Mereka menyamakan badan anjing dengan mulutnya. Imam Asy Syafi’i berkata, “seluruh anggota badan anjing berupa tangannya, telinganya, kakinya, atau anggota badan apapun jika masuk ke dalam wadah, maka wadah tersebut dicuci tujuh kali setelah menumpahkan isi (air) di dalam wadah.
 
Pendapat kedua

Sebagian ulama menganggap anjing tidaklah najis. Dalam Madzhab Maliki misalnya, anjing tidaklah najis. Karena menurut mereka, setiap makhluk hidup adalah suci, sekalipun anjing dan babi. Binatang dikatakan najis bila mati atau tidak disembelih dengan cara syar’i. Sebab itu, dalam pandangan madzhab ini, kalau tubuh atau ada benda yang dijilati anjing, maka membasuhnya hanyalah bagian dari kesunnahan. Meskipun sunnah tetap harus dibasuh karena bersifat ta’abbudi. 

Imam Malik dan Dawud berpendapat bahwa hukum tersebut hanya sebatas untuk lidah dan mulut anjing, mereka memandang bahwa perkara mencuci ini adalah dalam rangka ta’abbudi (ibadah) bukan semata-mata karena najis. Perkara ibadah hanya dibatasi pada nash dan tidak melebihinya karena tidak adanya illah (alasan hukum).

Sementara dalam pandangan Madzhab Hanafi, tidak seluruh bagian tubuh anjing najis, yang najis hanyalah keringat dan air liurnya. Karenanya, dalam madzhab ini, tetap wajib membasuh tubuh atau benda yang kena air liur anjing. Ulama yang ada dalam madzhab ini pun berbeda pendapat soal berapa banyak jumlah basuhannya, ada yang mengatakan tiga, lima, dan tujuh.

Terkait membasuh bekas jilatan air liur anjing, Madzhab Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa yang wajib adalah mencuci tujuh kali, adapun penggunaan debu bersama tujuh kali cucian hukumnya tidak wajib. Hal ini karena kegoncangan (idhtirob)nya periwayatan hadits tentang pencuciannya yang disertai dengan debu, di dalam sebagian riwayat debu tersebut pada cucian pertama, di sebagian riwayat lain pada cucian terakhir, dan di riwayat lain tidak menentukan urutannya hanya menyebutkan “salah satunya dengan debu”.
Oleh karena idhtirob ini maka gugurlah hukum wajib penggunaan debu, karena “asal”nya adalah tidak adanya hukum wajib. 

Demikian hukum anjing, semoga bermanfaat.
 


Thursday, July 4, 2019

Muhammad Bukanlah Pendiri Agama Islam

Muhammad SAW bukanlah pendiri agama islam, status Muhammad SAW sama seperti para pesuruh Tuhan yang lain seperti Isa Putra Bunda Maryam, Musa, Noah, Raja Sulaiman, Daud, Ismail, Ishaq, Abraham, Adam dan Para Utusan Utusan Tuhan Yang lain.

Mereka para Nabi bukanlah Pembuat Agama, Pendiri Agama, Perumus Agama atau Pencetus Agama, Namun mereka semua hanya sebagai penyampai risalah, penyampai pesan, penyampai Undang - Undang atau Aturan Hidup dari Tuhan untuk disampaikan pada manusia yang lain. Mereka adalah orang - orang terpilih yang ditetapkan Tuhan untuk menyampaikan pesan tersebut karena mereka orang - orang yang sudah teruji keteguhannya, kejujurannya, kebaikannya, keiklasannya, dan sifat - sifat baik lainnya di atas manusia - manusia lainnya.

Lalu apa yang membedakan Nabi Muhammad SAW dengan Para Nabi pendahulunya, bahwa Pesan atau Risalah atau Aturan Hidup atau Tuntunan yang di sampaikan Tuhan melalui para Nabinya hanya untuk masa itu dan hanya untuk kaum tertentu saja, sedangkan Risalah yang diberikan Tuhan melalui Muhammad SAW untuk seluruh umat Manusia di segala Zaman sampai Akhir Zaman nanti.

Sehingga Islam yang disampaikan Muhammad SAW adalah Syariat yang sudah sempurna dan komplit untuk disemua zaman. Seperti jika syariaat Nabi Adam boleh menikah dengan saudara kandung, atau di zaman Nabi Sulaiman boleh menikah lebih dari 100 orang wanita, dll semua syariat itu sudah gugur setelah ada syariat Nabi Muhammad yang telah Allah sempurnakan.

Kenapa Syariat atau tuntunan hidup ini Allah perintahkan secara bertahap dari Nabi ke Nabi karena Tuhan menunggu kesiapan dari Umat Manusia, contoh pelajaran anak sekolah akan diberikan secara bertahap sampai dirasa si anak itu sudah mampu menerimanya. Begitu juga dari sejak zaman Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW, maka di jaman Nabi Muhammad lah di rasa Manusia sudah mampu diberi beban syariat secara utuh dan penuh sehingga Tuhan sempurnakan dan tak ada lagi Nabi yang turun sesudah itu.

Syariat atau Pesan yang Tuhan sampaikan adalah Panduan atau Manual Book dalam menjalani kehidupan agar manusia bisa lebih tertata dengan baik, dengan berjalan sesuai seharusnya. Seperti Mesin yang di ciptakan Pabrikan dilengkapi dengan Manual Book, maka manusia di ciptakan Tuhan dilengkapi dengan Kitab Suci Alquran sebagai petunjuk, pedoman agar manusia bisa berjalan sesuai seharusnya.

Namun dalam perjalanannya ada kaum yang tidak menerima Nabi sesudah nya karena Nabi tersebut bukan terlahir dari golongannya sehingga tetap memaksakan diri menjalankan syariat Nabi terdahulunya walaupun sudah tidak peka zaman, atau bahkan ada kaum yang saking kagumnya dengan Nabinya mereka beranggapan bahwa Nabinya adalah Tuhan yang patut di Sembah. Hanya dengan melihat Mukjizat Mukjizat Luar biasa para Nabi bukan berarti mereka lantas berhak di sembah karena kekuasaan dan kemampuan mereka atas ijin Allah Tuhan Seluruh Alam.

Demikian, Semoga bermanfaat
Jum,at 5 Juli 2019

Friday, June 21, 2019

KAFIR

Masih ramenya Pro Kontra penggunaan Kata Kafir dan Non Muslim membuat saya ingin berbagi semoga berkenan dan bermanfaat.

Kāfir (bahasa Arab: كافر kāfir; plural كفّار kuffār) artinya adalah menolak atau tidak percaya, atau juga dapat di artikan mereka yang mata dan telinga qalb di dalam dadanya tertutup dari kebenaran. Asal kata ‘kafir’ dan ‘kufur’ adalah ‘kafara’ yang artinya ‘tertutup’ (kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi ‘cover’ artinya penutup). ‘Kafir’ adalah mereka masih yang tertutup dari ‘Al-Haqq’ (kebenaran mutlak).

Muslim adalah orang / penganut agama Islam
Dan islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).
Dan islam Secara bahasa dapat di artikan :
  • Islam berasal dari kata ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.
  • Islam Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.
  • Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.
  • Islam Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.
  • Islam Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan sejahtera.

Kesimpulan :
Dari uraian di atas Lebih elok mana kita disebut sebagai orang yang menolak islam atau tertutup dari agama islam yang disebut dengan istilah KAFIR atau di sebut sebagai Tidak Selamat, Tidak Damai, Tidak Suci dan Tidak Sejahtera atau yang disebut dengan istilah NON MUSLIM.

Jadi kata Kafir bukan Rasis, Radikal, Intoleran, tetapi menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan elok. Karena walau saudara kita yang tidak se akidah disebut sebagai kafir tapi seorang muslim wajib memenuhi hak saudara nya tersebut, berbuat baik, mengunjungi jika dalam keadaan sakit dan kesusahan, tolong menolong, bekerjasama dalam hal - hal dunia dan sikap – sikap terpuji lainnya diluar urusan ibadah kepada tuhan.

Banyak kisah dan tauladan dari nabi dan sahabat bagaimana perlakuan mereka kepada saudara yang berbeda aqidah, bahkan diriwayatkan bagaimana ketika ali bin abi thalib tertinggal sholat subuh karena beliau tidak ingin berjalan mendahului seorang kakek yahudi (kafir) yang berjalan dihadapannya sebagai bentuk penghormatan sampai jibril menyampaikan hal tersebut kepada nabi Muhammad saw, dan nabi memuji nya.  

Dan masih banyak lagi Riwayat mahsyur yang menceritakan perilaku / akhlak Nabi Muhammad terhadap orang kafir, seperti cerita seorang kafir yang sangat membenci Nabi Muhammad SAW dan selalu meludahi beliau dari atas rumahnya ketika Nabi Muhammad lewat menuju Ka'bah, suatu ketika Nabi Muhammad merasa heran karena di hari itu tidak ada lagi yang meludahi beliau dari atas rumah, setelah bertanya kepada penduduk sekitar diketahui jika dia sedang sakit sehingga tidak bisa bangun, mendengar itu Nabi Muhammad SAW menjenguknya. Dan asbab dari akhlak Nabi tersebut membuat si Kafir bersyahadat dan masuk Islam.

Begitulah seharusnya akhlak kita terhadap orang Kafir.

Wallahua’lam.

Apakah Agama Perlu di Bela??

"Buat apa agama dibela, karena itu berarti kamu meragukan kekuasaan Tuhan. Agama tak perlu dibela karena Tuhan akan menjaganya"

Pernah dengar kalimat itu???

Ada seseorang yang mengucapkan kalimat - kalimat senada, seolah bijak, benar, sangat toleran, sangat NKRI, sangat religius, dan trus aneh nya kalimat itu dijunjung, di agung - agungkan dan di share oleh umat islam. Seolah olah olah itu sebagai kitab suci maha benar.

Kita sepakat bahwa tindakan teroris, radikal, memecah persatuan, intoleran, memperbesar perbedaan, menghina, mencaci, menyebar berita hoax adalah hal - hal yang perlu di hindari untuk menjaga kerukunan dalam berbangsa dan bernegara. Ini kita semua sudah sepakat dan final. Tetapi hukum membela Agama adalah wajib, dan bahkan kata Buya Hamka "Ganti bajumu dengan kain kafan kalau kamu diam meliat agamamu di hina". Perlu di ingat membela agama dengan cara yang benar, tidak dzalim dan sesuai tuntunan yang di ajarkan oleh agama dan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Karena ketika agama kita dilecehkan dan kita hanya mampu mengingkarinya dalam hati tidak mampu berbuat maka itulah selemah - lemahnya iman.

Kalau ada yang bilang, tuhan ga perlu dibela, agama ga perlu dibela, karena tuhan itu maha kuasa, maha segalanya.

Ee Tong, yang mengatakan tuhan memerlukan pembelaan dalam artian sebenarnya siapa??? Yang memerlukan pembelaan siapa??? Tuhan apa Hamba Tuhan??

Kalau Guru dikelas bilang, "Eh Tong, kerjakan PR soal nomor 1 sampai dengan nomor 10" trus jika tidak dikerjakan oleh murid seluruh kelas, apa guru tersebut jadi berhenti menjadi guru. PR itu subtansinya bukan untuk guru, tetapi untuk murid. Untuk mengetahui siapa yang layak berada dekat dengan Guru siapa yang harus keluar dari kelas. Itu salah satu upaya untuk menseleksi murid.

Jika di seluruh dunia ini ga ada satu manusiapun yang sholat, ga ada yang menyembah Tuhan, gak ada yang membela, dia tetap lah menjadi Tuhan. Dia ga akan dilengserkan dari ketuhanan gara gara orang sedunia ini gak ada yang menyembah dia, dia ga akan pensiun menjadi Tuhan karena semua orang menyembah selain Tuhan, karena Tuhan itu ga memerlukan apapun dari kita, dia ga bergantung sama sesuatu pun, tetapi Kitaaaaaa, kita yang memerlukan Tuhan.

Kita mau bermaksiat sampai gempor Tuhan ya tetap Tuhan.. jika manusia didunia ini menyembah Tuhan atau mencaci Tuhan, Tuhan akan tetap seperti itu.. yang perlu tu kita, sembahyang itu untuk kita, membela agama tuhan itu untuk kita, mencintai Tuhan itu untuk kita, itu untuk menunjukan, untuk membuktikan kecintaan kita kepada Tuhan, itu salah satu usaha kita untuk mendapat keridhoannya.

Tuhan itu maha berkuasa, jika menghendaki sesuatu cukup dengan "kun fayakun" jadi maka jadilah, bahkan jika Tuhan menghendaki semua manusia didunia ini menjadi orang baik, menjadi penyembah Tuhan, mudah buat Tuhan. Tetapi tuhan tidak melakukan itu karena Tuhan ingin melihat siapa di antara manusia yang benar - benar lulus dalam ujian dan siapa yang ga lulus. ini bentuk ke maha Adilan Tuhan untuk menseleksi manusia, mana yang berhak mendapatkan reward syurga dan mana yang perlu mendapatkan punishment neraka kelak, saat kita menerima raport di akherat kita akan tahu berapa hasil ujian kita dihadapan Allah.
 
Pernah tidak baca sejarah spanyol, 800 tahun pernah menjadi negara islam, dan sekarang tak tersisa kejayaan itu, ketika negara islam kalah & tumbang oleh penjajah selanjutnya oleh pemerintah yang berkuasa rakyat muslim di beri pilihan murtad atau mati. Dan ketika umat islam sebagian menjadi murtad dan sebagian dibunuh apa saat itu tuhan pensiun karena hambanya berkurang?? Tidak.. 
Karena jika allah berkehendak bisa saja penguasa dzalim tersebut dimusnahkan seperti tentara firaun, seperti tentara abrahah, seperti umat luth, tetapi itu semua tidak Tuhan lakukan karena pada saat itu tuhan sedang memberikan kesempatan kita untuk berjihad, berjuang membela agamanya, memberikan kesempatan tiket syurga, memberi peluang untuk berjumpa dengannya dengan sebaik baik pertemuan melalui ujian maha berat tersebut.

Kita lihat bagaimana penderitaan muslim Rohingnya, Uighur, Palestina atas penjajahan, Kemana Tuhan?? kenapa Tuhan tidak menolong mereka?? Tuhan sedang memberi kesempatan untuk kita, memberi kesempatan membeli tiket syurga berupa peluang sedekah, tolong menolong, jihad dan peluang peluang lain atas ujian tersebut.

Jadi betul Tuhan tidak perlu dibela, agama tidak perlu dibela, tapi kita yang perlu untuk membela Agama, kita yang perlu tiket syurga itu, kita yang perlu lulus ujian itu, kita yang perlu dan berharap berjumpa dengan Tuhan dengan sebaik baik pertemuan.

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sungguh Allah akan menolong orang yang membela-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. al-Hajj: 40)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ؛ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kaki kalian.” (QS. Muhammad: 7)
Wallahua'lam